Bersandarlah Pada Alloh Jangan Pada Amal

berharap

Diantara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja(rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam fana nya.

Ar-raja adalah istilah yang mempunyai makna pengharapan kepada Alloh taala. Sedangkan orang yang hidup di dunia masih terikat dengan alam hawa nafsu dan alam syahwat. Dan itu semua adalah wujud yang akan musnah.

Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta ala.

Seorang yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pad semua wujud yang fana, namun harapannya kepada Allah Ta ala.

Jika kita berharap akan rahmatnya, maka kita tidak akan mneggantungkan harapan kepada amal-amal kita, baik itu besar atau puun kecil. Dan hal yang paling mahal dalam suluk adalah hati, yaitu apa yang dicarinya dalam hidup. Dunia ini akan menguji sejauh mana kualitas raja (harap) kita kepada Allah Taala.

Rassulullah saw. bersabda: Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya. Ditanyakan, sekalian engkau wahai Rasulullah..Beliau bersabda, Sekalipun saya, hanya Allah telah memberikan rahmat kepadaku. HR. Bukhari Muslim.

Orang yang beramal ibadah pasti punya harapan kepada Allah, meminta kepada Allah supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai beramal itu bergantung pada amalnya. Karena hakikatnya yang menggerakan amal ibadah itu Allah.

Sehingga apabila terlanjur ada kesalahan misalnya terlanjur maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya. Ia merasa putus asa dan kurang harapannya kepada Allah. Maka jika kurang pengharapannya maka amalnya pun akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.

Seharusnya dalam beramal itu semua di kehendaki dan di jalankan oleh Allah. Sedangkan diri kita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Allah.

Kalimat Laa ilaha illaloh. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Allah.

Pada dasarnya syariat menyuruh kita berusaha beramal. Sedangkan hakikat syariat melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah subhanahu wataala.

Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka jangan lah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu wataala.

Sumber : (Al Hikam Pasal 1).

berharap
Previous Post

No more post

berharap
Next Post

No more post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *