Kemudahan teknologi telah mengubah pola masyarakat untuk mendapatkan uang secara instan. Baik yang digunakan untuk modal usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun terkadang kemudahan itu sebanding dengan resiko yang akan di tanggungnya.
Kali ini bukan masyarakat awam yang menjadi korban. Melainkan kalangan terdidik yang seharusnya lebih peka terhadap perkembangan teknologi. Kabar mengejutkan datang dari dunia kampus. Kali ini ratusan mahasiswa IPB menjadi korban investasi abal-abal yang ujung -ujungnya harus terjerat oleh pinjaman online(pinjol).
Tidak tanggung-tanggung nilainya mencapai miliaran rupiah. Hal ini pun menyita atensi publik kembali. Dimana generasi milenial kembali menjadi korban penipuan, yang seharusnya lebih melek akan literasi keuangan.
Kronologis
Ratusan mahasiswa IPB tertipu oleh kakak tingkatnya yang menawarkan investasi di online shop. Sang pelaku menjanjikan penghasilan 10% perbulan tanpa harus mengeluarkan modal pribadi. Karena penawaran yang menjanjikan keuntungan, maka banyak mahasiswa yang tertarik ikut.
Namun namanya mahasiswa kebanyakan belum punya modal yang mencukupi untuk memulai usaha tersebut. Makanya sang pelaku menyarankan untuk mengambil modal secara praktis melalui pinjol.
Dengan iming-iming penghasilan 10% per bulan, maka banyak mahasiswa yang akhirnya mengambil modal dari pinjol. Dengan perhitungan bahwa nilai keuntungan dianggap lebih tinggi dari bunga pinjol tersebut.
Sebulan dua bulan, komisi yang di janjikan masih jalan. Namun di bulan yang ketiga akhirnya tidak lagi ada kabar dan orang yang mengajaknya pun hanya bisa janji-janji tanpa ada kepastian yang jelas.
Disinilah hal yang tidak disadari sebelumnya terjadi. Bahwa yang namanya pinjol ada yang nama nya limit waktu. Rata-rata pinjol limitnya dua minggu bukan bulanan. Bahkan kalau sampai ada yang sampai minjam di pinjol ilegal hitungannya lebih pendek lagi yakni 7 hari.
Sehingga ketika komisi yang di janjikan belum keluar, maka untuk menutup tagihan pinjaman kebanyakan mereka buka tutup lobang di berbagai aplikasi.
Salah satu korban yakni Silvi Nur Aeni mahasiswa fakultas pertanian IPB mengaku, komisi sudah tidak di bayar selama 3 bulan. Dan sekarang dia harus membayar tagihan di pinjol sebanyak 14 juta rupiah.
Tidak hanya Silvi, ratusan mahasiswa lainnya pun mulai mendapatkan tagihan dari debt colector. Para mahasiswa ini mengalami kerugian yang beragam dengan variasi mulai 6 juta hingga puluhan juta rupiah.
Baca Juga tips terhindar dari investasi bodong agar tidak mudah tertipu.
belajar mengelola keuangan ala li-ka-sing.
Respon Rektor IPB
Mendapati banyaknya mahasiswa yang menjadi korban penipuan berkedok investasi ini. Pihak rektorat akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pertama, membuka posko pengaduan. Kedua, memilah-milah tipe kasus yang ada. Saat ini sedang kami petakan tipe masalahnya, kata Rektor Arif Satria di kutip dari Antara, Senin (14\11).
Selain itu, kata Arif, IPB juga mempersiapkan bantuan hukum untuk mahasiswa yang tertipu usaha online dalam kasus pinjol ini.
Langkah selanjutnya, IPB akan melakukan upaya peningkatan literasi keuangan untuk para mahasiswa.
Belajar dari pengalaman ini, maka literasi keuangan menjadi hal yang sangat penting untuk di pahami oleh masyarakat. Namun sayangnya dunia di pendidikan kita, bahkan sampai lulus kuliah 16 tahun tidak pernah diajari tentang kecerdasan keuangan.
Investorndeso yang merupakan bagian dari komunitas Indonesia Financial Advisor Community (IFAC). Telah berkomitmen untuk memberikan wawasan tentang kecerdasan keuangan kepada masyarakat Indonesia.
Bagi anda yang ingin mengetahui tentang kecerdasan keuangan dapat menghubugi kami melalui email: investor.ndeso@gmail.com atau kunjungi www.ifac.or.id untuk mengetahui lebih banyak lagi seputar dunia perencanaan keuangan.
Semoga dengan perencanaan keuangan yang baik maka semua masyarakat akan lebih sejahtera.
Sumber : Antara
Terima kasih infonya kk